Milikku atau milikmu?

Hanya ingin menyampaikan pendapat pribadi tentang “Saya” dan “Anda” di beberapa platform digital.

Andrew Carlos
3 min readJul 5, 2020
Source: http://wsrep.org/index.php/2015/05/18/mine-yours-by-carolyn-kras/

Keisengan yang sayang jika tidak ditulis, maka jadilah tulisan ini. Jadi, khusus kali ini, gw cuma mau berbagi gaya penulisan di beberapa platform digital yang sering kita gunakan. Bukan untuk menyudutkan atau membenarkan salah satu, cuma ingin berpendapat tentang latar belakang pemilihan kata-katanya dari sudut pandang pribadi. Yuk, kita mulai!

  1. Tim “Saya”
Channel saya

Karena memakai pendekatan “Saya”, mungkin Youtube beranggapan kalau channel ini adalah “milik gw” yang ada di platform-nya? (mungkin ya…)

Terkesan lebih dekat dan personal, sih. Suka!

Atau mungkin karena gw bikin video, maka dianggap channel itu bagian dari gw, ya? Jadi Youtube pakai “Saya”.

Tbh, gw belum ketemu platform lain yang pakai kata “Saya”, pembaca Medium yang baik mungkin bisa bantu kasih contoh yang lain?

UPDATE 14 JULI 2020

Ternyata Youtube sudah pakai “Anda” juga…

Video Anda

2. Tim “Anda”

Akun Anda
Akun Google Anda
Twitter Anda, akun Anda

Anda sebatas pengguna. Tidak lebih.

Mungkin sudut pandang itu yang berusaha disampaikan, bahwa gw sebagai pengguna akun, tapi ya sebagai pengguna aja bukan bentuk kepemilikan seperti Youtube di atas (cuma asumsi nih…)

Kesannya lebih formal, dan profesional. Mantap!

Mungkin karena gw numpang akun, maka dianggap (dan memang sih) akun itu sepenuhnya milik Google/Twitter yang digunakan oleh gw. Ya, namanya juga mengira-ngira kan, ya?

3. Tim kadang-kadang

Nah, tapi ada juga tim kadang-kadang. Nyampur gitu antara “Saya” dan “Anda”.

Instagram ingin Anda mencantumkan akun serupa, dan punya fitur untuk menonaktifkan akun… saya?

Saya adalah Anda, Anda adalah saya

Saat pengecekan akun, maka akun ini adalah akun “Saya”
Saat mengelola, maka akun ini adalah akun “Anda”

Perkiraan gw tentang Facebook dan Instagram (tim “Saya” dan “Anda”):

Sepertinya untuk hal-hal “sensitif” terkait pengguna (nonaktifkan akun, validasi data akun, dll) mereka pakai “Saya” untuk meyakinkan “Akun Saya” (pengguna) yang melakukan tindakan tersebut dengan sadar.

Kalau untuk tindakan yang lain, pakai “Anda” sudah cukup untuk sekadar menyapa.

Bagus juga dibedain gitu. Menarik!

Ya, cuma segitu aja iseng-isengnya. Gak ada yang lebih baik satu dari yang lain. Cuma masalah sudut pandang saja, kok.

Btw kalau menurut pendapat teman-teman (baik itu UX writer atau bukan), kapan sebuah platform digital bisa pakai “Saya” dan kapan bisa pakai “Anda”?

Yuk, ngobrol sambil diskusi di kolom komentar!

--

--

Responses (1)