Menciptakan Pola Penulisan
Penggunaan pendekatan repetisi dan formula Rule of Three (RoT) dalam studi kasus penulisan pop-up konfirmasi
Pop-up konfirmasi sering ditemukan jika kita menggunakan web atau aplikasi digital dalam kegiatan kita sehari-hari. Tujuannya jelas, meminta persetujuan kita dari tindakan yang sebelumnya sudah dilakukan, untuk diselesaikan.
Nah, berhubung gw mengerjakan hal ini berulang kali, gw akhirnya coba menggunakan pola penulisan yang cocok (menurut gw) untuk jenis pop-up ini. Pola penulisan yang gw maksud adalah kombinasi antara pendekatan repetisi dan formula Rule of Three (RoT).
Mengapa gw suka banget pakai pola ini?
Tujuan penggunaan pendekatan repetisi dan formula Rule of Three (RoT) adalah untuk menekankan poin yang ingin disampaikan dalam pop-up, dan memudahkan pengguna untuk mengingat apa yang ingin disampaikan dari pop-up tersebut.
Yekali, kan, udah 3 diulang kali masih gak inget?
Sebelum membuat pop-up konfirmasi ini, gw biasa memetakan pop-up dalam beberapa bagian seperti berikut:
- Judulnya
Judul ini akan gw isi dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pengguna. Ingat, hindari pertanyaan sebagai judul karena akan menimbulkan keraguan bagi pengguna untuk melakukan tindakan tersebut.
2. Pesannya
Pesannya berisi tindakan tadi, namun bisa juga ditambahkan dengan informasi lain yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna. Informasi ini yang akan menjelaskan dampak dari tindakan yang akan dilakukan pengguna.
3. Tindakan lainnya
Biasanya dalam pop-up konfirmasi, gw menggunakan tombol tindakan lainnya sebagai pembatalan dari tindakan utama yang akan dilakukan pengguna.
4. Tindakan utama
Untuk tombol ini gw akan menggunakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh pengguna.
Oke, langsung ke contoh aja, ya!
Contoh 1
Untuk contoh pertama, tindakan yang diharapkan dari pengguna adalah menghapus file, maka–dengan pola repetisi + formula Rule of Three–kita akan mengulang kata “hapus” dalam pop-up konfirmasi ini. Baik itu dalam judul, pesan, mau pun tombol tindakan utama.
Jadinya kaya gini, nih:
- Judulnya
Judul ini gw isi dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pengguna, dalam kasus ini kita menggunakan kata “hapus”. Jadi, kata ini akan kita ulang sebanyak 3 kali dalam judul, pesan, mau pun tombol tindakan utama.
2. Pesannya
Pesannya berisi kata “hapus” tadi, namun ditambahkan dengan informasi lain yang dibutuhkan oleh pengguna sebagai dampat setelah melakukan tindakan tersebut. Dalam contoh di atas, gw jelasin kalau file-nya bakalan hilang dari sistem untuk selamaaaaaanyaaa.
3. Tindakan lainnya
Biasanya dalam pop-up konfirmasi, gw cuma menggunakan kata “kembali” (dalam konteks kembali ke halaman sebelumnya) atau “batalkan” (bisa jadi kembali ke halaman sebelumnya atau kembali ke halaman utama) sebagai tombol pembatalan. Sekali lagi, kedua kata tadi bisa digunakan sesuai konteks (nanti gw kasih contohnya, ya).
4. Tindakan utama
Nah, untuk tombol ini gw akan menggunakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh pengguna, yaitu “hapus”.
Mudah bukan penggunaannya? Yuk, lanjut ke contoh berikutnya.
Contoh 2
Contoh lainnya adalah, jika tindakan yang diharapkan dari pengguna adalah membatalkan, maka kata “batalkan” wajib diulang dalam pop-up tersebut, baik dalam judul, pesan, mau pun tombol tindakan utama.
Tapi, tombol buat batalin pembatalan gimana, tuh?
Nah sesuai penjelasan di awal, untuk konteks ini lah gw pakai kata “kembali” (dalam konteks kembali ke halaman sebelumnya) sebagai padanan tombol “batalkan”.
Kemampuan seorang UX writer untuk menciptakan pola dalam penulisan akan membuat karyanya akan tetap konsisten dalam setiap kondisi. Selain itu, penggunaan pola tentu akan menghemat waktu karena tidak perlu memikirkan pendekatan lain untuk kasus yang sama.
Punya pola lain dalam penulisanmu? Yuk, cerita di kolom komentar!